KOTA SURAKARTA: GURIH DAN MANIS YANG RAMAH KANTONG

10 Juni 2022

Kota Surakarta, atau juga akrab dikenal dengan nama Kota Solo, patut disebut sebagai destinasi wisata kuliner unggulan terlengkap di Provinsi Jawa Tengah. Hidangan yang beragam, suasana kota yang tenang, serta interaksi pertukaran kebudayaan antara pelaku pariwisata menjadi poin utama wisata kuliner di kota yang berjarak lebih kurang 56 kilometer dari Kota Yogyakarta ini. Sarana transportasi menuju Kota Surakarta dari Kota Yogyakarta dapat melewati jalan darat, baik kendaraan pribadi maupun kereta komuter. Kemudahan akses informasi di mesin pencarian daring maupun komunikasi dua arah dengan informan lokal hadir sebagai penolong menentukan destinasi-destinasi singgahan. Tidak ada alasan untuk tidak mengunjungi Kota Surakarta bagi pecinta wisata kuliner khas daerah di Indonesia. 

 

Proses melabuhkan hati pada Kota Surakarta sebagai destinasi wisata kuliner cenderung berjalan mulus, cepat, dan sederhana. Pengambilan keputusan dilakukan hanya dalam hitungan hari: menentukan KRL Commuterline sebagai sarana transportasi, memesan layanan akomodasi dari penyedia jasa daring dengan harga terjangkau, hingga menghubungi kolega yang berdomisili di Kota Surakarta guna mencari referensi destinasi. Tantangan khusus sebelum keberangkatan adalah mempertimbangkan durasi perjalanan, terlebih dilaksanakan selama bulan puasa, yang memengaruhi jam operasional setiap destinasi. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah mencari rekan perjalanan atau memberanikan diri untuk berangkat seorang diri sebagai solo traveler. Pilihan jatuh ke opsi pertama, yaitu mengajak seorang rekan yang memiliki latar belakang kuliner dan perjalanan guna memperoleh perspektif tambahan selama berwisata kuliner. Persiapan dirasa sudah matang, saatnya berangkat!

 

   

KRL Yogyakarta-Solo Balapan (Sumber : Dok.Istimewa)

 

Keberangkatan dimulai dari Stasiun Tugu Yogyakarta dengan KRL 652 yang menempuh waktu lebih kurang tujuh puluh menit. Kemudahan teknologi dapat dirasakan dengan tersedianya tiket berbasis daring dari salah satu aplikasi dengan ciri khas warna merah. Hanya dengan membayar Rp8.000,00, tiap penumpang dapat duduk manis melewati sepuluh pemberhentian stasiun: Yogyakarta, Maguwo, Brambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari, dan terakhir di Solo Balapan. Suasana di dalam gerbong kala itu cukup padat dengan penumpang dan diawasi oleh satpam secara tertib. Tidak banyak kebisingan terjadi serta kesadaran menjaga jarak satu sama lain tercermin selama perjalanan berlangsung. 

Setibanya di Solo Balapan, hal pertama yang dirasakan sudah dapat diprediksi: panas dan penuh! Keluar dari gerbong dan kembali ke realita panasnya Jawa Tengah cukup menyadarkan bahwa perjalanan kali ini benar-benar akan berbeda. Punggung dan lengan sudah bercucuran keringat, sedikit keuntungan karena pakaian yang dikenakan hari itu seluruhnya berbahan katun halus. Tidak yakin akan baik-baik saja untuk berjalan kaki ke Pasar Gedhe, taksi online dipilih sebagai penyelamat. Merogoh kocek sedikit lebih dalam, pilihan ini cukup menyelamatkan betis dan paha dari rasa kebas apabila berjalan kaki dengan satu tas punggung dan satu tas jinjing. Hiburan lain selama perjalanan pun difasilitasi oleh pengemudi taksi online yang dengan antusias menjelaskan destinasi wisata kuliner di Kota Surakarta, tentunya dengan nada jenaka dan sesekali menyelipkan rasa laparnya di tengah ibadah puasa. 

 

Pasar Gede Solo (Sumber : Dok.Istimewa)

 

Taksi online berhenti tepat di pintu masuk Pasar Gedhe. Pemandangan lampion-lampion hijau dan lalu lalang pedagang maupun pembeli menyapa mata dengan apik. Tercium bau hidangan seperti santan dawet dan buah maupun sayur yang dijual di seluruh sudut pasar. Tanpa menunggu waktu lebih lama, destinasi pertama adalah Dawet Telasih Bu Dermi, dawet langganan Pak Joko Widodo, yang terletak di dalam Pasar Gedhe. Sempat kebingungan sebab banyaknya lorong pasar ditambah padatnya lalu lalang penjual dan pembeli, los dawet mungil ditemukan dan bau santan segar langsung tercium. Disajikan dengan bubur sumsum, ketan, tapai, dan selasih sebelum disiram kuah santan, dawet ini cocok sebagai pilihan minuman manis di tengah hari terik dengan harga Rp11.000,00 untuk semangkuknya. Cukup dengan si manis nan segar, kaki kembali melangkah ke sisi lain Pasar Gedhe, tepatnya di lantai dua Grab Kitchen Center yang menjadi sentra kuliner baru. Seporsi bakpau telur asin seharga Rp12.000,00 jatuh sebagai pilihan mengisi perut dan menemani pemandangan sibuknya Pasar Gedhe di tengah hari. Tekstur lembut dan meleleh di rongga mulut menjadikan bakpau-bakpau ini salah satu yang paling membekas di pikiran. 

 

Dawet Telasih Bu Dermi (Sumber : Dok.Istimewa)

 

Perjalanan kembali berlanjut, kini nyaris satu kilometer ke selatan: Pasar Klewer. Teriknya matahari dan tebalnya debu-debu jalan tidak mengurangi semangat untuk berjalan terus ke arah selatan. Tujuan utamanya adalah Tengkleng Bu Edi, hidangan makan siang pertama di Kota Surakarta yang akan disantap. Terdapat dua deret meja yang tersedia, membentang dari sisi utara ke selatan, dan dipenuhi oleh pengunjung dari berbagai kelompok usia. Seporsi tengkleng dan dua tusuk sate daging menjadi santapan siang hari itu. Sate daging yang kenyal ditambah kuah gurih dari tengkleng berhasil menyegarkan tubuh dari keringat bercucuran hasil berjalan kaki setengah kilometer jauhnya. Ditemani suara-suara kendaraan pribadi berlalu lalang dan juru parkir saling bersahutan, santapan habis dalam sekejap mata. Perut cukup kenyang sehingga ada jeda lima menit yang perlu diambil sebelum kembali berjalan ke penginapan untuk beristirahat sejenak. 

 

Tengkleng Bu Edi (Sumber : Dok.Istimewa)

 
Dua jam dirasa lebih dari cukup untuk istirahat sejenak di penginapan sebelum melanjutkan perjalanan mencari hidangan-hidangan unggulan Kota Surakarta. Sesuai dengan daftar kunjungan, destinasi berikutnya adalah Selat Solo Mbak Lies di Jalan Yudhistira, kedai selat unggulan dengan interiori nyentrik didominasi guci dan furnitur pecah belah. Seporsi selat, timlo, dan es campur menjadi pilihan untuk disantap dikelilingi arsip-arsip testimoni pengunjung yang dituangkan di atas piring.
 


Timlo Mbak Lies (Sumber : Dok.Istimewa)

 

Kuah atau bumbu selat terasa cukup gurih cenderung asin, ditambah tekstur bistik yang mudah dikunyah menjadikan selat solo ini kaya. Hidangan makanan dibanderol dengan harga Rp22.000,00-24.000,00, terhitung terjangkau untuk destinasi wisata kuliner unggulan. 

 

 
Selat Mbak Lies (Sumber : Dok.Istimewa)
 

Semakin dekat dengan waktu berbuka puasa, jalanan mulai memadat dan ramai. Destinasi berikutnya ditempuh dengan lima menit berjalan kaki ke timur, yaitu Warung Nasi Liwet Yu Sani. Terletak di sisi utara Jalan Veteran, tenda warung dapat dikenali dari jauh dan menyediakan meja maupun tepat lesehan yang cukup luas. Warung dibuka mulai pukul 17:00 WIB setiap harinya, namun sudah cukup ramai di menit-menit awal beroperasi. Nasi liwet dihidangkan dengan lauk beragam, mulai dari telur hingga ayam suwir. Kombinasi apik dari gurihnya kuah nasi liwet, ayam suwir kenyal dan halus, serta telur yang manis layak dibanggakan oleh si penjual. Dengan harga Rp 10.000,000-17.000,00, nasi liwet dapat dinikmati dengan segelas minuman pilihan: saran terbaik adalah es jeruk! 

 

Nasi Liwet Yu Sani (Sumber : Dok.Istimewa)
 

Baik, mari berhitung sudah berapa banyak makanan yang disantap dalam kurun waktu setengah hari? Cukup banyak untuk perut meminta waktu istirahat sejenak, sepertinya. Sebelum kembali ke penginapan untuk beristirahat, menyempatkan waktu untuk duduk bersantai di kedai kopi dirasa menarik. Sekutu Kopi di Jalan Slamet Riyadi dipilih sebagai tempat mengambil nafas sejenak, ditemani segelas mocktail dan sepiring biskuit. Kecintaan terhadap buah apel dan jeruk mendorong hati untuk memesan “If I Fell In Love”, mocktails dengan bahan-bahan dasar buah apel, jeruk, serta biji selasih sebagai pelengkap. Pembicaraan berlangsung singkat malam itu sebab tubuh sudah meminta dibaringkan di atas kasur empuk penginapan. 

 

 

Mocktail Sekutu Kopi (Sumber : Dok.Istimewa)

 

Kadang kesialan selama perjalanan merupakan hal yang tidak diprediksi, salah satunya sakit di tubuh yang datang tiba-tiba di malam hari. Waktu menunjukkan pukul 22:00 WIB ketika perut mulai bergejolak dan kepala berputar hingga suhu tubuh meningkat. Langkah pertama yang diambil adalah membuka aplikasi telemedika di ponsel pintar dan membeli obat dengan layanan ojek. Langkah berikutnya adalah meminum air mineral sambil mengingat kembali bahan-bahan makanan yang dikonsumsi. Prediksi penyebab sakit jatuh pada kemungkinan menyantap santan berlebih didorong oleh tubuh yang cukup lelah seharian berjalan kaki ke penjuru Kota Surakarta. Obat pesanan tiba dalam empat puluh menit dan langsung dikonsumsi agar dapat segera beristirahat. Pengalaman lucu sekaligus menyedihkan: hati-hati pada apa yang disantap dan pastikan membawa obat-obat dasar di perjalanan berikutnya.

 

Semagkuk Soto Segeer (Sumber : Dok.Istimewa)

Pasca kejadian kurang menyenangkan di malam hari, tubuh lebih segar dan dirasa cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan hari kedua sekaligus terakhir di Kota Surakarta. Sarapan rasanya tidak spektakuler jika tidak menyantap soto bening atau soto segar: pilihan jatuh ke Soto Segeer Hj. Fatimah di Jalan Bhayangkara, hanya berseberangan dengan Lotte Mart Grosir. Warung soto pagi itu cukup ramai dengan lima deret meja nyaris dipenuhi penyantap sarapan. Setiap meja dilengkapi dengan hidangan pelengkap, mulai dari sate-satean, gorengan, serta kerupuk. Semangkuk soto daging, dua tusuk sate lemak, serta segelas es teh melengkapi perut kosong pagi itu. Sudah kenyang, kaki kembali melangkah untuk membeli buah tangan bagi keluarga dan kerabat di rumah: serabi di Serabi Notosuman Ny. Lidya.

 

Serabi Solo Notosuman Ny.Lidya (Sumber : Dok.Istimewa) 
 

Tidak ada alasan untuk tidak menyantap serabi selama melakukan perjalanan ke Kota Surakarta. Tekstur yang lembut dan porsi yang pas untuk sekali lahap menjadikan serabi sebagai buah tangan cemilan unggulan. Serabi Notosuman Ny. Lidya menyediakan pilihan paket maupun eceran pembelian serabi. Proses pembuatan serabi dapat disaksikan di sisi bangunan di mana para pekerja terus memproduksi serabi-serabi segar sebelum dibungkus ke dalam kotak-kotak untuk dijual. Bau harum dan perubahan tekstur serabi dapat disaksikan dalam proses produksinya. Dibanderol harga Rp28.000,00-32.000,00 untuk satu kotak berisi sepuluh serabi, Serabi Notosuman Ny. Lidya disarankan untuk dibawa pulang. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 11:00 WIB dan matahari sudah mulai berpindah ke atas kepala manusia. Sejenak berberes untuk bersiap kembali ke Kota Yogyakarta setelah perjalanan dua hari satu malam, tidak lupa memeriksa kembali barang bawaan. Perjalanan dari penginapan ke Stasiun Solo Balapan ditempuh dengan taksi online sebab waktu kepulangan dengan KRL 657 sudah dekat. Takut tertinggal kereta, betis dan paha yang sudah cukup keras, serta udara panas menjadi justifikasi kuat untuk segera memesan taksi online. Di lain kesempatan, Kota Surakarta menarik untuk kembali dikunjungi dan digali lebih dalam, khususnya di sisi kebudayaan. Jadi, kapan berwisata ke Kota Surakarta bersama?

 

Ucapan terima kasih kepada seluruh teman, kolega, dan sosok tersayang yang membantu mempersiapkan perjalanan ini dengan penuh rasa sabar dan tenang di tengah kesibukan masing-masing.  

 



Ditulis oleh (Audrey Samantha)

Artikel ini dipublikasikan pada laman womentourism.id | 10 Juni 2022