Kondisi Pariwisata di Labuan Bajo
Pariwisata menurut Undang-undang nomor 10 tahun 2009 merupakan berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan juga pemerintah daerah. Dalam kegiatan wisata tersebut tentu ada industry pariwisata yang aman sebagai sebuah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Saat ini, Indonesia memiliki Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang mana difokuskan untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan adat dapat bersaing dengan negara lain. Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) tersebut adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika – Lombok di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Likupang di Sulawesi Utara (Sinergi, 2020;5)
Industri pariwisata di Indonesia memiliki beragam sektor, salah satunya adalah industry ekonomi kreatif. Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia membagi sektor ekonomi kreatif menjadi 17 diantaranya pengembangan permainan, kriya, desain interior, music, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner, film; animasi & video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, arsitektur, periklanan, seni pertunjukan, penerbitan dan juga aplikasi (https://kemenparekraf.go.id/). Berdasarkan industri di bidang ekonomi kreatif ini, diharapkan dapat menjadi penyumbang PDB ekonomi kreatif di Indonesia (https://kemenparekraf.go.id/).
Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Indonesia juga mengembangkan sektor pariwisata dan juga sub sektor ekonomi kreatif. Salah satu DPSP yang aktif bergerak mengembangkan destinasi yang dimilikinya adalah Labuan Bajo, di kabupaten Manggarai Barat. Labuan Bajo memiliki potensi yang berpusat pada kawasan bahari, petualangan alam, budaya masyarakat hingga kehidupan liar. DPSP Labuan Bajo juga memiliki kearifan lokal seperti kuliner, kesenian, budaya kehidupan sehari-hari masyarakat di Pulau Flores dan lain sebagainya (https://kemenparekraf.go.id/).
Dalam pengembangan kawasan tersebut, tentu memiliki masyarakat yang berperan untuk bersama-sama mendukung kepariwisataan di Labuan Bajo. Masyarakat tersebut terdiri dari masyarakat lokal dengan gender laki-laki dan juga perempuan. Berdasarkan data dari BPS Indonesia jumlah pekerja pada industri pariwisata dalam proporsi terhadap total pekerja tahun 2019 sebanyak 11,83%. Sementara itu, untuk pekerja perempuan pada sektor pariwisata menurut kumparan dari hasil Riset Beazley bahwa perempuan hanya mengisi keterampilan rendah oleh karena itu harus diubah karena menurut Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf ada lima area strategis yang dapat diisi oleh perempuan yaitu kepemimpinan dan pengambilan keputusan, pendidikan dan pelatihan, kewirausahaan, komunitas masyarakat sipil serta ketenagakerjaan (https://kumparan.com/). Oleh karena itu penting untuk melihat peran dari perempuan yang ada di Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas terutama terkait dengan pengembangan UMKM yang ada.
Pengembangan UMKM di Labuan Bajo
UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang mana usaha ini dibentuk oleh individu atau kelompok. Salah satu UMKM yang bergerak di Labuan Bajo adalah UMKM yang dinaungi oleh Rumah Pekerti. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan Bersama dengan Ibu Bekti selaku pendiri dan ketua Rumah Pekerti mengatakan bahwa Rumah Pekerti yang berdiri tahun 2012 merupakan sebuah rumah singgah untuk para perempuan yang menjadi korban KDRT, menjadi tulang punggung keluarga, korban pemerkosaan dan juga disabilitas yang ada di Labuan Bajo sehingga dapat aman secara psikologis yang kemudian diberdayakan sehingga mandiri secara sosial dan secara ekonomi. Rumah Pekerti ini beranggotakan 97 perempuan dan 15 laki-laki sehingga persentase perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Gambar 1. Teman disabilitas bisu tuli sedang membuat aksesoris
Sumber: Rumah Pekerti, 2022
Pariwisata di Labuan Bajo sendiri mulai berkembang sejak tahun 2010 dari food komodo dan mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 2013 setelah adanya sail komodo. Akibat dari perkembangan pariwisata, UMKM di Labuan Bajo pun turut berkembang seperti mulai adanya pengrajin tenun, kriya dan juga makanan ringan. Jumlah UMKM di Manggarai Barat kurang lebih 7.662 yang mana sebanyak 251 produk sudah mendapatkan izin Produksi Industri Rumah Tangga (P-IRT).
Gambar 2. Produk UMKM yang dihasilkan dari Rumah Pekerti
Sumber: Ibu Bekti Rumah Pekerti, 2022
Dalam perkembangannya, UMKM di Labuan Bajo memiliki tantangan tersendiri bahwa UMKM hanya menjadi sebagian kecil dari adanya perkembangan Labuan Bajo yang sangat pesat. Tantangan yang lain adalah persoalan mentalitas yang ada pada sumber daya perempuan itu sendiri, yaitu sulitnya untuk keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama dan belum mengikuti tuntutan pasar. Selain itu juga, banyak bantuan yang kurang tepat sasaran bagi pelaku UMKM. Pemasok UMKM yang ada di Labuan Bajo juga banyak dari luar NTT dan Flores, selain itu juga persaingan harga jual yang mana harga barang-barang UMKM dari luar Labuan Bajo dan NTT harga jualnya jauh lebih murah.
Peran Perempuan dalam UMKM Labuan Bajo
Peran perempuan dalam industri UMKM sangat penting sebab UMKM merupakan industri rumah tangga sehingga yang berperan aktif dalam keberlanjutan UMKM lebih banyak dari kelompok perempuan. Oleh karena itu, diharapkan bahwa perempuan memiliki kemandirian secara ekonomi. Selaras dengan hal tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan di dalam rumah tangga menurut Ibu Bekti adalah perempuan tidak memiliki daya tawar yang baik kepada laki-laki sehingga mudah mendapatkan perlakuan yang tidak adil.
Gambar 3. Melatih anak-anak remaja
Sumber: Ibu Bekti Rumah Pekerti, 2022
Partisipasi perempuan di Labuan Bajo, khususnya di Rumah Pekerti dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu pemula (stuck pada zona nyaman), menengah dan stabil yang mana tantangan dari golongan pemula itu sedang didorong untuk dapat menjadi menengah, namun ada juga yang hilang begitu saja. Dari ketiga kriteria ini yang harus diperhatikan adalah dibagian menengah karena untuk mencapai zona up belum sampai namun untuk turun ke pemula sudah tidak bisa. Pada golongan menengah ini banyak perempuan-perempuan yang kekurangan akses dari segi permodalan, informasi maupun marketing. Untuk perempuan bergerak di bidang UMKM yang siap untuk terbang hanya 30%. Sebanyak 75% perempuan di Rumah Pekerti yang bergerak dalam UMKM itu sudah aktif dan juga sering dilibatkan dalam pelatihan-pelatihan virtual dan juga penggunaan teknologi digital.
Gambar 4. Perempuan-perempuan saling membelajarkan anyaman di Rumah Pekerti
Sumber: Rumah Pekerti, 2022
Perempuan - perempuan di Labuan Bajo yang mengalami kekerasan secara psikologi maupun fisik kemudian bergabung di Rumah Pekerti sehingga memiliki rasa aman sebagai rumah singgah. Peran perempuan terutama dalam UMKM disini cukup besar salah satunya adalah dengan mengedukasi perempuan-perempuan lain dengan peningkatan skill yang dimiliki. Melalui pembelajaran atau edukasi seperti menganyam, memasak maupun menjahit diharapkan dapat memberikan kemandirian secara ekonomi. Selain itu juga di Rumah Pekerti, partisipasi perempuan terlihat dari bagaimana mereka diberikan wadah untuk dapat berkembang sesuai dengan minat dari anggotanya masing-masing sehingga tidak ada paksaan untuk belajar yang tidak mereka sukai, namun lebih ke peningkatan kualitas yang dimiliki. Dalam pengembangan UMKM di Labuan Bajo, Rumah Pekerti sebagai sebuah rumah singgah juga memfasilitasi perempuan-perempuan yang tergabung seperti mencarikan izin jual dan juga mendesain produk sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki standar dan memiliki izin layak jual, oleh karena itu, konsumen dapat membeli produk yang berkualitas dan bersih.
Gambar 5. Potret salah satu Anak dalam Kegiatan Pemilahan Sampah Plastik di Rumah Pekerti
Sumber: Rumah Pekerti, 2022
Selain membuat produk, perempuan-perempuan di Labuan Bajo khususnya di Rumah Pekerti juga diajak untuk menjaga alam yaitu KSU Sampah Komodo yang memiliki aktivitas terkait kepedulian terhadap sampah, dikarenakan sumber sampah yang paling banyak berasal dari rumah tangga maka, dari keluarga yang mana pen sebagai ibu rumah tangga dapat mengedukasi dan mengelola sampah dari keluarga masing-masing. Sampah-sampah plastik yang ada kemudian dikelola dan didaur ulang menjadi produk yang bernilai lebih dan juga berkampanye untuk membawa tas belanja dari rumah.
Peran perempuan memiliki perubahan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012 perempuan yang bergerak di UMKM dan pemerintahan masih sedikit, namun tahun 2021 sudah mulai banyak perempuan yang bergerak di pemerintahan dan duduk di sektor pengambilan keputusan sehingga dapat peduli terhadap perempuan lain. Sebagai seorang perempuan tugas utamanya adalah mendidik keluarga, karena dengan mendidik, perempuan itu akan menjadi terdidik, karena, mendidik perempuan itu sama dengan mendidik generasi, sehingga dapat berdaya saing. Selain itu juga, menjadi perempuan yang jujur sehingga dapat mengatakan yang benar dan berdasarkan data.
Gambar 6. Ibu Bekti bersama penulis buku Perempuan Pelaku UKM
Sumber: Rumah Pekerti, 2022
Dari segi kemandirian ekonomi, perempuan memiliki ruang di pariwisata dan perempuan memiliki sikap yang gesit untuk terus bekerja yang membiayai keluarga, selain itu juga mengedukasi menjadi cerdas dan mencari inovasi-inovasi baru. Harapan untuk perempuan bahwa perempuan jangan menyerah, perempuan kualitaskan diri, perempuan itu pendidik generasi sehingga perempuan harus menjaga kesehatan untuk dirinya, dan menjadi perempuan terdidik.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa pariwisata di Labuan Bajo telah berkembang sejak tahun 2012 hingga saat ini. Sektor industri pariwisata juga ikut berkembang salah satunya adalah UMKM lokal di Labuan Bajo. Penggiat UMKM ini adalah perempuan-perempuan yang juga turut aktif dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo. Keberadaan Rumah Pekerti menjadi wadah bagi perempuan untuk memiliki kemandirian secara ekonomi, menjadi perempuan yang terdidik serta dapat mengambil keputusan. Sehingga, perempuan dapat berkembang dan meningkatkan skill atau kemampuan yang dimiliki.
Sumber:
Ditulis oleh: Elisabeth Yolanda Naingalis
Artikel ini dipublikasikan pada laman womentourism.id | 21 November 2022