iWareBatik by Caventer Indonesia

Tahukah kamu, TEKNOLOGI DIGITAL terkait warisan budaya tak benda dengan design thinking terkompleks di DUNIA dibuat oleh mahasiswi asal Indonesia?

iWareBatik namanya. iWareBatik adalah sebuah aplikasi yang dibuat untuk mengenalkan kekayaan Batik Indonesia dan destinasi pariwisata Indonesia terutama kepada masyarakat dunia, dan tentunya kepada masyarakat Indonesia. Platform ini diinisiasi oleh Puspita Ayu Permatasari, perempuan asal Surabaya, Indonesia.

Berawal dari memori Ayu semasa kecil, yang kerap dipakaikan Batik oleh Sang Nenek yang merupakan generasi terakhir dari Keraton Sumenep. Ketika memakaikan batik, Sang Nenek kerap menjelaskan tentang simbol. Pada tahun 2014, Ayu pun mulai mengangkat pengembangan  Desa Batik di Madura sebagai upaya pembangunan pariwisata berkelanjutan menjadi bagian dari risetnya. Kala itu Ayu mengambil Master di Universitas Paris 1 Pantheon-Sorbonne, Prancis. Setelah berkelana di 4 kota/kabupaten dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep di Pulau Madura, kondisi riil kehidupan pebatik membuat Ayu sadar akan tantangan tugas pelestarian batik yang sebenarnya. Pertanyaan sederhana yang menggelitik Ayu, yakni bagaimana kondisi pelestarian batik saat itu, sejak Batik di-inskripsi oleh UNESCO pada tahun 2009 sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia? Ternyata riset tersebut mendapatkan apresiasi dan dukungan oleh UNESCO sebagai salah satu upaya mempertahankan status warisan budaya Indonesia di UNESCO.

Upaya Ayu tidak berhenti sampai disini. Ayu terus mendokumentasikan kekayaan Batik Indonesia dan mempromosikan Batik Indonesia kepada masyarakat internasional. Tantangan baru pun muncul, ketika dunia digital semakin berkembang, dimana klaim terhadap motif batik bisa dengan mudah dilakukan oleh berbagai negara. Akhirnya Ayu kembali melanjutkan upaya menjaga warisan budaya Indonesia di dunia internasional dengan menginisiasi iWareBatik.

Nama iWareBatik berasal dari frasa “I am AWARE of Batik”, saya sadar akan batik. Selain itu, nama iWareBatik juga seiring dengan arti “teknologi interactive software terkait batik” ataupun “saya memakai (wear) batik”. iWareBatik menampilkan 124 motif batik dari 34 provinsi di Indonesia. Setiap provinsi diwakili oleh 4 motif yang ditampilkan. Selain menampilkan nama, motif batik beserta arti motif batik dari setiap provinsi, iWareBatik juga menampilkan video 1 menit tentang destinasi pariwisata unggulan masing-masing provinsi. Pengguna pun dapat menemukan informasi mengenai Desa Batik dan UMKM Batik sebagai rekomendasi untuk dikunjungi di 34 provinsi. Hal yang paling istimewa adalah iWareBatik juga dilengkapi dengan fitur kamera Artificial Intelligence untuk mengenali motif batik. Seluruh data yang disuguhkan dalam iWareBatik tentunya tidak sembarang dimasukan sebagai konten, tetapi sudah melalui screening dan me-review berbagai jurnal yang relevan. Pantas ya, disebut memiliki design thinking terkompleks :D

 

Platform iWareBatik telah selesai pengerjaannya dan di-launching di Swiss pada tanggal 17 Agustus 2019. Platform ini menjadi satu-satunya platform digital yang didukung oleh UNESCO untuk melestarikan Batik Indonesia melalui edukasi dan pemberdayaan komunitas. Ayu yang saat ini sedang menempuh studi untuk meraih gelar doktoralnya di Università della Svizzera italiana, Switzerland, berperan penting sebagai iWareBatik Research Coordinator di USI UNESCO Chair. Peran khususnya tentu dalam bidang ICT (Information, Communication, and Technology) terutama untuk mengembangkan dan mempromosikan pariwisata berkelanjutan dalam situs warisan dunia. iWareBatik memiliki fungsi besar yaitu memperkenalkan kekayaan batik Indonesia dan destinasi pariwisata Indonesia. Harapannya adalah  dengan edukasi mengenai batik dari aplikasi iWareBatik, masyarakat internasional dan nasional dapat teredukasi untuk lebih menghargai batik.

Dalam melaksanakan tugas besarnya, Ayu mendapatkan energi dan dukungan besar dari sosok Sang Ibu. Menjalani hari-hari di tanah asing dengan membawa nama negeri tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang perempuan. Dukungan semangat dan doa dari Sang Ibu menjadi penopang kuat bagi Ayu untuk terus berkarya.

Lantas, siapa saja yang mendukung terlahirnya iWareBatik? Tentu saja iWareBatik terlahir atas dukungan UNESCO, khususnya USI UNESCO Chair, Switzerland. UNESCO pun memberikan pendanaan setiap bulannya sebesar 700 USD per bulan (setara 5,4 juta rupiah) untuk keperluan server iWareBatik. Riset dan studi yang dilakukan Ayu didukung penuh oleh Indonesia melalui LPDP RI. Kehadiran iWareBatik juga tidak terlepas dari dukungan Sobat Budaya yang telah mengidentifikasi ribuan motif batik dalam teknologi dan memberikan kontennya bagi iWareBatik.

Keistimewaan iWareBatik yang didukung oleh UNESCO tentu tidak boleh disia-siakan. UNESCO sebagai badan dunia dimana berkewajiban menjaga seluruh warisan budaya yang diakuinya di dunia. Selain dukungan pendanaan, dukungan UNESCO secara tidak langsung atau de facto menjadi pengamanan bagi warisan budaya Indonesia. iWareBatik merupakan bentuk keamanan data budaya. Dukungan yang didedikasikan oleh UNESCO diberikan untuk memelihara teknologi digital ini agar berguna bagi masyarakat Indonesia, baik untuk menjaga motif dan identitas maupun membantu pengrajin batik yang hidup di dalamnya. Menjaga Batik bukan hanya tentang tekniknya saja dengan malam, tapi setiap nama dan arti gambar dari motif batik adalah Intelectual Property Right dari masyarakat indigeneous Indonesia. iWareBatik diproteksi oleh 1) International Property Rights, 2) Swiss Digital Law, dan 3) Indonesian Cultural Property. Jadi, kekayaan intelektual dari setiap suku di Indonesia harus diakui, baik itu dalam nama maupun dalam taksonominya.

Mulai masa launching hingga saat artikel ini ditulis, jumlah pengunduh aplikasi iWareBatik telah hampir mencapai 1500. Selain itu, dalam 3 bulan sejak peluncurannya, situs website iWareBatik (www.iwarebatik.org) mendapat lebih dari 16 ribu kunjungan. Ayu pun kerap mempresentasikan iWareBatik kepada publik internasional. Beberapa apresiasi dan pengakuan didapatkan oleh iWareBatik, diantaranya dari Kementerian Luar Negeri RI, Sekretariat Kabinet RI, KBRI Bern, Berlin, London, Ankara, dan New Delhi, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Dunia khususnya di Kawasan Amerika dan Eropa, serta pada acara-acara berskala internasional seperti World Tourism Day 2020 by UNWTO, Swiss Digital Days 2020, Asian Digital Forum for Cultural Heritage 2020 by ICOM (International Council of Museums).

Apakah UNESCO akan terus memberikan dukungannya bagi iWareBatik untuk menjaga Batik Indonesia? Hal ini tergantung bagaimana dukungan masyarakat terhadap iWareBatik. KPI yang dinilai oleh UNESCO dilihat dari jumlah pengunjung website (www.iwarebatik.org) dan jumlah pengunduh aplikasi iWareBatik yang terus meningkat. Setelah kelahiran iWareBatik, CAVENTER Indonesia (www.caventer.org) menjadi salah satu media resmi untuk menyebarluaskan iWarebatik kepada stakeholder maupun masyarakat pariwisata. Siapa pun bisa berkontribusi mendukung iWareBatik. Cukup dengan mengunduh aplikasi iWareBatik di Android atau iOs, kita bisa jadi pahlawan walau dengan rebahan!

Menjaga warisan budaya tak benda dengan tetap terkoneksi dengan UNESCO dan dunia internasional, sejatinya bukan hanya tugas seorang Puspita Ayu Permatasari. Ini adalah tugas kita bersama. Terlebih, di masa pandemik, industri kreatif didorong sebagai salah satu komponen penguat ekonomi Indonesia. Tugas masyarakat dan bangsa Indonesia-lah untuk menjaga warisan leluhur dan menjaga nilai ekonomis bagi keberlanjutan budaya dan pariwisata Indonesia.

 

Ditulis oleh Fitri Ningrum

 

Artikel ini diterbitkan di laman womentourism.id | 6 Januari 2020