Voluntourism Bersama Ika Soewadji: Jalan-Jalan Sambil Menebar Kebaikan

Fellow Companions, kalian pernah dengar istilah voluntourism, ga? Menurut kalian voluntourism itu apa, sih? Nah, ternyata berbagai sumber menyebutkan bahwa voluntourism itu adalah gabungan antara volunteer dan tourism yang apabila diterjemahkan adalah sebuah kegaitan pariwisata yang dibarengi dengan aktivitas sukarelawan. Kegiatan sukarelawan bisa berbagai macam bentuknya, dalam voluntourism kegiatan sosial dilakukan dengan menjadi relawan selama berwisata untuk membantu masyarakat lokal di destinasi wisata. Pada kesempatan kali ini, Women in Tourism Indonesia beruntung bisa berbincang mengenai voluntourism bersama salah satu aktivis voluntourism di Indonesia, sosok perempuan yang satu ini adalah Ika Soewadji. Penasaran dengan cerita seru voluntourism yang Ika lakukan? Yuk, simak artikel yang satu ini.

 

Ika bersama anak-anak dalam kegiatan relawan di Pemalang

Sumber: instagram @turissendaljepit

 

Selama ini yang kita ketahui orang berwisata itu untuk bersantai, liburan, dan bukan untuk bersusah payah. Tetapi berbeda dengan Ika. Di media sosial, Ika juga dikenal sebagai @turissendaljepit. Ika bercerita bahwa kegiatan sukarelawan sudah dia lakukan sejak duduk di bangku SMP, pada saat itu di sekolahnya ada pelajaran mengenai kesehatan reproduksi, sejak itu ia sering melakukan kegiatan sosisalisasi tentang kesehatan reproduksi bersama sekolahnya kepada masyarakat. Sampai akhirnya, pada usia 17 tahun Ika terpilih menjadi salah satu perempuan yang mewakili Indonesia untuk melakukan kampanye kesehatan resporduski di Tanzania bersama dengan BKKBN, PBB, dan UNFPA. Sejak saat itu, jiwa sosialnya untuk membantu sesama terpupuk dengan baik dan hingga saat ini. Kegiatan sukarelawan sudah menjadi bagian dari hidupnya, hal ini terbukti dengan kegiatan berbagi kebaikan yang juga Ika lakukan dalam perjalanan wisatanya. Sejak tahun 2010 Ika selalu membawa buku, peta, dan media edukasi lainnya saat berwisata yang nantinya Ika bisa gunakan untuk bermain sambil belajar bersama anak-anak di destinasi tujuannya dan tak lupa buku-buku tersebut juga diberikan kepada anak-anak di sana agar bisa menjadi bahan belajar mereka di esok hari. Menurut Ika, melalukan kegiatan sukarelawan sambil berwisata ini juga merupakan sebuah panggilan jiwa dan bukan paksaan. Selama 11 tahun melakukan voluntourism Ika sudah mengunjungi berbagai daerah seperti Pulau Rote, Waerebo, Ruteng, Kebumen, Sukabumi, Pemalang, Pacitan, Blora, Lhokseumawe, Payakumbuh, Luwu, dan lainnya. Pada kegiatannya, Ika berfokus pada anak-anak, pemberdayaan perempuan, lingkungan, dan kegiatan kemanusiaan seperti menjadi relawan bencana alam.

Anak-anak yang belajar bersama Ika

Sumber: Turissendaljepit.com

 

Ika tidak menganggap sukarelawan menjadi sebuah kegiatan bersusah payah melainkan kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Banyak orang-orang di sekitar Ika yang kadang menganggap pilihan berwisata Ika sebagai pilihan yang aneh, tetapi Ika tidak peduli komentar orang lain selama kegiatan yang dilakukannya tidak mengganggu siapapun. Kebaikan yang Ika sebarkan selama berwisata ternyata dapat membawa Ika ke banyak hal yang tidak pernah Ika bayangkan sebelumnya. Bermodalkan keterampilan komunikasi yang baik dan kepribadian yang ramah, Ika dapat dengan leluasa berkomunikasi dengan masyarakat lokal mulai dari anak-anak, ibu-ibu, pemuda, hingga bapak-bapak. Melalui obrolan-obrolan tersebut Ika bisa banyak belajar mengenai permasalahan yang terjadi di tengah masayarakat. Tidak berhenti sampai di situ saja, Ika juga berusaha mencari solusi yang bisa Ia kontribusikan untuk masyarakat di sana.

Ika mengajarkan satwa liar kepada anak-anak

Sumber: Instagram @turissendaljepit

 

Salah satu permasalahan masyarakat yang berhasil Ika selesaikan berada di salah satu pulau di Kalimantan Timur, yaitu Teluk Alulu. Saat berwisata ke Teluk Alulu pada akhir tahun 2019, Ika menemukan bahwa banyak hasil laut yang ditangkap nelayan harus berakhir membusuk karena mereka tidak memiliki tempat dan alat penyimpanan yang memadai. Masyarakat di sana memiliki kulkas untuk menyimpan hasil tangkapan mereka, tetapi listrik yang mereka miliki sangat terbatas, hanya dapat digunakan sore hari. Ika menyadari bahwa di Teluk Alulu memiliki banyak sinar matahari yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi tenaga listrik dengan bantuan solar panel yang nantinya dapat digunakan untuk memproduksi es batu untuk menyimpan ikan hasil tangkapan nelayan. Pulang dari Teluk Alulu, Ika berusaha membuat ide dan proposal untuk mencari pendanaan yang dapat digunakan untuk membantu nelayan di Teluk Alulu. Setelah 2 bulan berusaha mendapatkan dana, akhirnya Ika berhasil mendapat bantuan dari sebuah NGO yang membantu pendanaan kegiatan sosial yang dilakukan oleh Ika tersebut. Menurut Ika, pengalaman ini menjadi sebuah keajaiban yang Ia dapatkan selama melakukan kegiatan voluntourism, Ika menyebutkan bahwa kalau niat kita baik, pasti ada jalan yang akan membawa kita untuk bisa merealisasikan kebaikan tersebut.

 

Teluk Alulu 

Sumber: Turissendaljepit.com

 

Pemasangan panel surya di Teluk Alulu

Sumber: Turissendaljepit.com

Panel surya di Teluk Alulu

Sumber: Turissendaljepit.com

 

Selain itu, di Teluk Alulu Ika juga melakukan pemberdayaan perempuan dengan memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di sana. Kebanyakan ibu-ibu di sana tidak banyak memiliki kesibukan, kebanyakan hanya menyelesaiakn pekerjaan domestik, selebihnya waktu mereka hanya dilakukan untuk bersosialisasi dengan sesama tetangga. Sehingga, Ika mengajak ibu-ibu di sana untuk mempelajari beberapa keterampilan yang bisa dilakukan untuk menambah pendapatan mereka. Pada awalnya memang tidak mudah untuk melakukan inisiatif kepada masyarakat lokal, terlebih lagi Ika merupakan seorang perempuan muda yang berasal dari luar daerah tersebut. Bahkan pada saat itu Ika mendapatkan omongan yang kurang mengenakan dan bernada merendahkan. Tetapi perkataan itu tidak mematahkan semangatnya, malah menjadi bahan bakar untuk memberikan sesuatu yang baik kepada masyarakat. Upayanya meningkatkan keterampilan perempuan di Teluk Alulu ternyata membuahkan hasil yang manis, hingga saat ini ibu-ibu di sana sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan berjualan berbagai hasil keterampilan dari pohon kelapa seperti keset, sapu ijuk, dan lain sebagainya. Usaha tidak mengkhianati hasil, bahkan masyarakat yang awalnya berkomentar negatif kepada Ika juga ikut merasakan manfaatnya dan menyampaikan permintaan maaf kepada Ika. 

 

Banyak artikel yang memperdebatkan baik dan buruknya voluntourism, beberapa menganggap kegiatan ini kurang berkelanjutan. Menurut Ika, konsep dari voluntourism itu sendiri sudah sangat bagus. Dengan berwisata kita juga sambil membantu masyarakat sekitar, tetapi harapannya kebaikan itu tidak hanya sekedar dilakukan pada saat wisatawan berkunjung ke destinasi tersebut saja melainkan bisa terus dilanjutkan dengan menjaga hubungan baik dengan masyarakat setempat untuk tetapi melakukan maintenance. Hal ini penting untuk dilakukan agar kegaiatan sosial yang sudah dilakukan sebelumnya dapat tetap berjalan dan terkontrol dengan baik. Ika sendiri mengaku bahwa masih berkomunikasi baik dengan masyarakat di destinasi-destinasi tempat Ia melakukan voluntourism.

 

Terakhir, Ika ingin mengajak generasi muda untuk tidak hanya berwisata untuk foto-foto saja tetapi juga bisa memberikan kontribusi baik kepada masayarakat lokal di destinasi wisata. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberikan kontribusi baik kepada masyarakat, dengan membeli buah tangan atau paket wisata dari masyarakat lokal tentu juga berkontribusi untuk perekonomian mereka, tetapi kontribusi baik juga bisa dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki karena transfer ilmu dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kemajuan komunitas. Selain itu, Ika juga berpesan bahwa untuk menebarkan kebaikan kepada sesama bisa dilakukan dengan berbagai media, salah satunya bisa disebarkan melalui konten-konten positif di media sosial. Jangan hanya sekedar memberikan konten yang kontroversial tetapi harus bisa memberikan konten yang positif dan edukatif.

 

Ditulis oleh Sari Nastiti.

diterbitkan pada laman womentourism.id | 13 Juni 2021