Bagaimana jadinya apabila seorang perempuan diberi hak penuh serta kesempatan untuk melebarkan sayapnya?
Kali ini, kami mau memperkenalkan seorang perempuan yang tidak pernah ragu setiap kali ia mendapat kesempatan untuk mencoba hal baru. Lejakodi, atau yang akrab disapa Ingo, adalah perempuan kelahiran Kalimana, Papua Barat yang memiliki darah Nusa Tenggara Barat. Kelahirannya di Timur Indonesia dikarenakan orangtua Ingo yang sedang mendapat tugas kerja di sana. Namun, saat usianya menginjak umur tiga tahun, Ingo beserta keluarganya kembali ke kampung halaman yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Selama tinggal di Lombok, Ingo tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sangat ceria, positif, ulet dan tekun. Karena kepribadiannya yang baik, setelah lulus dari mengenyam pendidikan ekonomi di Universitas Mataram pada tahun 1995, Ingo langsung bekerja di sebuah tempat jasa penyebrangan antar pulau Bali-Lombok selama dua tahun sebagai administrator. Di tahun 1996, Ingo mulai melebarkan sayapnya di industri pariwisata dengan bekerja pada beberapa perusahaan jasa pelayanan wisata besar seperti Panorama, Vista Express, dan NT Holiday selama 12 tahun sebagai seorang akuntan. Hingga pada akhirnya sekitar tahun 2008, salah seorang atasannya menawarkan Ingo untuk mencoba bekerja di divisi lain, yakni sales and outbound, yang dimana selama bekerja di divisi tersebut, Ingo diharuskan untuk bersinggungan secara langsung dengan tamu-tamunya.
Karena keberaniannya untuk mengambil kesempatan, perlahan Ingo mulai tersadar kalau ia merasa kurang cocok bekerja di back office dan menemukan kesenangan tersendiri saat harus memberikan pelayanan terbaiknya kepada tamu. Maka dari itu, Ingo semakin membulatkan tekadnya untuk mulai merintis bisnis usaha perjalanan wisatanya secara mandiri dengan berbekal pengalamannya selama bekerja di divisi sales and outbound.
Ketekunan yang Berbuah Manis
Di tahun 2010, ketekunan Ingo berbuah manis. Perlahan tapi pasti, Ingo berhasil merintis usaha perjalanan wisatanya menjadi sebuah PT yang bernama Lekoholiday. Keterbatasan serta kondisi Ingo yang tidak memiliki latar belakang ilmu pariwisata bukan jadi halangan. Hal ini terbukti dari lokasi kantor Lekoholiday yang dulunya bertempat di ruang tamu rumah orangtuanya sendiri. Segalanya ia lakukan seorang diri hingga pada akhirnya di tahun 2011, Ingo mulai merekrut dua orang pegawai, kredit mobil dan menambah dua unit komputer kantor. Setelah semakin berkembang dengan adanya empat orang pegawai dan empat buah unit komputer, Ingo mulai merekrut driver sendiri dan mulai memindahkan kantornya ke area garasi di samping rumah yang kini sudah menjadi kantor tetap Lekoholiday.
“Semua proses patut disyukuri sekecil apapun itu, karena dengan bersyukur, Tuhan akan terus memberikan berkat yang baik bagi kita semua” ujarnya.
Selain berhasil membangun perusahaan jasa perjalanan wisata sendiri, Ingo tergabung anggota aktif organisasi ASPI (Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia). Ia menjabat sebagai bendahara umum, dan pada bulan Februari tahun 2021, Ingo beserta beberapa rekannya ditunjuk langsung oleh gubernur untuk menjadi pengurus Badan Promosi Pariwisata Nusa Tenggara Barat yang bertugas untuk membatu memberi masukan kepada pemerintah serta keberlansungan program pariwisata yang ada di Nusa Tenggara Barat. Karena kepiawaiannya dalam bersosialisasi, Ingo menjabat sebagai wakil ketua Badan Promosi Pariwisata Nusa Tenggara Barat. Di sisi lain, ia dan beberapa rekannya juga dipercaya oleh Kementrian Pariwisata untuk mendampingi program desa wisata yang tersebar di pulau Nusa Tenggara Barat pada bulan Juni hingga Agustus tahun 2021. Mereka mengemban tugas untuk memberikan materi khusus sesuai dengan latar belakang ilmu masing-masing.
Selama kurang lebih 12 tahun berkecimpung dalam organisasi pariwisata, Ingo dikenal sebagai negosiator dan bendahara yang andal. Namun, ia tidak mudah terbuai dengan zona nyamannya. Karena Ingo sangat menyukai hal-hal baru, ia menantang dirinya sendiri untuk mencoba hal yang belum pernah ia kuasai sebelumnya seperti mengisi posisi-posisi yang jarang sekali diisi perempuan semacam divisi transportasi, perlengkapan dan dekorasi yang membutuhkan tenaga ekstra dalam pengerjaannya.
Dalam kiprahnya di industri pariwisata, Ingo merasa beruntung karena lingkungan tempat ia bekerja selama ini sangat mendukung dan memberikan kesempatan bagi perempuan-perempuan untuk terus mengembangkan potensi yang mereka miliki. Bagi Ingo, perlakuan tidak mengenakkan selama berproses itu pasti ada, namun semua kembali lagi kepada kita, mau berhenti atau tetap mau unjuk gigi. Menurutnya, pendapat tidak menyenangkan yang sering ia hadapi bisa terjadi karena orang-orang itu belum mengenal diri Ingo sepenuhnya. Karena kerendahan hati serta aura positif yang terus ia sebarkan kepada orang lain juga menjadi salah satu faktor kenapa Ingo mendapatkan kepercayaan dari banyak orang. Memiliki posisi sebagai perempuan di level manajerial, tidak bisa jadi alasan bagi seseorang untuk sombong, tamak dan cepat puas oleh level jabatan. Justru malah kita harus menjaga harkat dan martabat kita sebaik mungkin. Dengan begitu, masyarakat perlahan akan sadar apabila perempuan pun sanggup menduduki posisi tinggi dan memberikan contoh yang baik bagi rekan kerjanya.
Semasa menjadi perempuan yang berkecimpung di industri pariwisata dengan level manajerial, pencapaian terdalam dan paling berkesan bagi Ingo bukanlah jabatan secara struktural, melainkan, ia mampu membuat orang-orang disekitarnya tersenyum bahagia, baik itu rekan kerja, keluarga, maupun tamu-tamunya. Ingo berharap di masa yang akan datang, apabila ada kesempatan yang ditawarkan kepada perempuan dalam pariwisata, mereka berani untuk menunjukkan pesona serta kemampuan mereka ke hadapan dunia. Karena yang terpenting adalah niat, sisanya bisa sembari belajar.
Maka dari itu, maukah kamu menunjukkan warna dan pesonamu, wahai puan?
Ditulis oleh Natasya Indah
diterbitkan pada laman womentourism.id | 26 Juni 2021