Naila Novaranti merupakan atlet dan pelatih terjun payung (skydiving) internasional asal Indonesia. Perempuan berdarah Minang-Sunda ini melatih terjun payung di 46 negara di dunia, termasuk kemiliteran dan pasukan khusus Indonesia (Kopassus). Pengalamannya sebagai atlet dan pelatih terjun payung internasional tersebut membuat Naila dinobatkan sebagai Duta Wisata Udara oleh World Tourism Park Forum (WTP Forum) pada tahun 2016-2019 beserta 10 orang duta lainnya, saat itu salah satunya adalah Nadine Chandrawinata. Naila juga mendapatkan penghargaan Women Of The Year pada tahun 2019 dan memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2020 sebagai penerjun payung perempuan tercepat dan pertama di dunia yang menaklukkan 7 benua dalam waktu kurang dari satu tahun.
Naila Novaranti.
Sumber: Dok.Media Indonesia
Sebelum dikenal sebagai atlet internasional dan pelatih terjun payung, Naila merupakan seorang staf pemasaran dari perusahaan parasut di Amerika Serikat bernama Aerodyne. Dirinya merasa sebagai orang yang memasarkan parasut tentu harus paham dan ikut merasakan bagaimana kinerja parasut perusahaannya tersebut. Akhirnya Naila mengambil tantangan untuk terjun payung pertamanya di tahun 2009. Setelah penerjunan pertamanya, akhirnya Naila menimba ilmu di USPA (United States Parasut Association) Amerika Serikat.
Naila Novaranti adalah perempuan pertama yang bergabung dengan tim internasional dan berpartisipasi dalam kompetisi terjun payung kelas dunia. Pada tahun 2018 lalu dirinya beserta dengan tim melakukan ekspedisi di benua Antartika dan mengibarkan bendera merah putih di ketinggian 13.500 kaki.
Naila Novaranti mengibarkan Bendera Merah Putih di Antartika.
Sumber: Instagram @skydive_7continent
Pandangan orang sekitar tentang penerjun payung perempuan
Naila bercerita bahwa ketika pertama kali melakukan penerjunan dan berlatih terjun payung, keluarganya sama sekali tidak mengetahui. Ia mengatakan semakin banyak orang yang tahu bahwa dirinya memulai karir dalam bidang olahraga ekstrem tersebut, akan semakin banyak tekanan yang didapatkan. Akirnya keluarga Naila mengetahui hal tersebut ketika Naila mendapatkan gelar juara untuk kompetisi terjun payung, sesuai dengan keyakinan Naila, respon orang sekitar menjadi positif ketika ia menunjukan kesungguhannya dalam terjun payung dengan membawa predikat juara.
Di awal karirnya Naila sangat merasakan intimidasi dan dominasi laki-laki di industri terjun payung. Dalam bidang olahraga ekstrem yang cenderung maskulin ini, perempuan sering di nomor duakan dalam kedudukan penting, namun Naila tidak patah semangat dan tetap yakin pada dirinya sendiri bahwa perempuan bisa melampaui ekspetasi orang-orang untuk berprestasi dan lebih terampil ketimbang laki-laki
Pemberian penghargaan MURI kepada Naila Novaranti.
Sumber: Instagram @skydive_7continent
Suka Duka Terjun Payung Di Indonesia
Berdasarkan pengalaman terjun payungnya selama 11 tahun, Naila melihat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang olahraga ekstrem ini. Dengan jelas ia mengatakan bahwa sumber daya alam Indonesia jauh lebih kaya ketimbang Negara lainnya, dimana hal tersebut seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ditambah saat ini terjun payung merupakan tren baru dan masuk ke dalam bucket list banyak orang baik lokal maupun internasional.
Salah satu potensi spot penerjunan yang tidak kalah dari Everest adalah Carstensz di Papua. Menurut Naila, Carstensz diminati banyak penerjun profesional, namun rencana penerjunan menuju Carstensz seringkali batal karena alasan keamanan dan kestabilan politik. Di samping Carstensz, Anyer merupakan salah satu spot penerjunan yang sudah baik pengelolaannya, juga terakhir kali ia mempromosikan Nusawiru, Pangandaran sebagai daya tarik wisata udara.
Terjun Payung di Indonesia masih terbilang barang mahal karena pajak peralatan terjun yang tinggi, padahal di luar negeri terjun payung merupakan hal yang sudah biasa dengan rata-rata biaya untuk satu kali terjun hanya 20$ atau jika dirupiahkan setara dengan Rp.280.000 saja, sedangkan di Indonesia untuk sekali terjun bisa mencapai jutaan. Wisata udara di Indonesia memang belum begitu familier, padahal terjun payung menurutnya tidak banyak menuntut. Pendaratan terjun payung di kota sebenarnya bisa dilakukan di lapangan hijau karena terjun payung di atas kota juga banyak dilakukan di luar negeri. Menurut Naila di Indonesia yang paling sulit adalah mencari pesawat dan koordinasi mengenai air traffic..Karena kendala dan kekurangan fasilitas tersebut, akhirnya orang lebih memilih untuk terjun di luar negeri karena biaya di Indonesia lebih mahal.
Pendaratan terjun payung di lapangan hijau
Sumber : Instagram @skydive_7continent
Selain fasilitas penerjunan, menurut Naila perlu adanya edukasi kepada masyarakat sebelum mengembangkan potensi terjun payung, masyarakat harus siap menerima pasar internasional terutama dalam Food & Beverage, karena pasar internasional lebih pemilih dan mengutamakan kebersihan makanan. Pemerintah Indonesia harus mulai melihat potensi terjun payung karena pendapatannya sangat besar, dengan dibangunnya spot penerjunan di suatu daerah dapat mengembangkan area di sekitarnya seperti atraksi pendukung, usaha milik masyarakat dan potensi lainnya dari segi ekonomi.
Penerjun perempuan di Indonesia dan prospek kedepannya
Latihan terjun payung dengan wanita kemiliteran Indonesia
Sumber : Instagram @skydive_7continent
Di Indonesia sudah terdapat atlet terjun payung perempuan, peminatnya juga banyak dari kalangan anak muda. Namun karena didominasi oleh laki-laki banyak perempuan yang tidak mendapat kesempatan lebih. Berdasarkan pengalaman Naila, seringkali perempuan yang sudah dilatih dan menjadi penerjun profesional terkendala fasilitas dan akhirnya tidak berkembang, banyak juga dari mereka yang memilih untuk tidak melanjutkan karir ketika menikah. Naila mengatakan untuk terjun di bidang ini perempuan harus memiliki keyakinan yang kuat dan komitmen yang tinggi agar tidak berhenti di tengah jalan.
Perempuan Indonesia pasti bisa lebih berprestasi
Prinsip Naila adalah adalah gender bukan batasan untuk berkarya, menurutnya perempuan bisa berprestasi dalam karir sekaligus menjalankan tugas sebagai ibu rumah dengan baik. Naila bahkan mengajak anaknya untuk ikut melihat bidang pekerjaannya.
Intinya adalah ketika kita mau mencapai sesuatu yang kita impikan, wajar ketika ada orang sekitar yang menentang terutama keluarga dekat, tapi hal tersebut terjadi karena mereka tidak tahu apa yang berusaha kita capai. Maka dari itu kita harus berani menjelaskan apa yang mau kita lakukan, kemana tujuan kita, langkah apa yang akan kita ambil dan meyakinkan mereka bahwa kita mau dan akan mengambil jalan tersebut.
“We have to take a risk but, we don’t need to be rude. Kita gak perlu membuat orang lain terluka untuk mencapai mimpi kita, yang penting komunikasikan aja dengan baik.” Ujar Naila ketika wawancara dengan tim.
Naila yakin generasi selanjutnya bisa lebih berprestasi, ia prihatin dengan beredarnya berita tidak baik tentang perempuan, menurutnya hal tersebut bisa menghambat runag gerak perempuan lainnya untuk berkarya. Maka dari itu ia berharap kedepannya akan lebih banyak kabar baik dan berita yang membanggakan dari perempuan-perempuan di Indonesia, kita sebagai perempuan harus saling support dan maju bersama.
ditulis oleh Dwi Putri Nuraini.
Artikel ini dipublikasikan pada laman womentourism.id | 04 Agustus 2021