04 November 2021

“It’s Time for Youth 2 Elevate Women in Tourism”
A Rookie’s Guide to Leadership, Gender Equality, Community Empowerment, and Tourism by Women in Tourism Indonesia
Howdy fellow companions!?
Bulan Oktober adalah bulan yang meaningful untuk para tim WTID. Seperti yang sudah diketahui, tim WTID berhasil menyelenggarakan rangkaian pelatihan bertajuk WTIDcamp -- yang terdiri dari beberapa kelas seperti Project Management in Community Based Tourism, Women on Softskills: Sharing and Networking in Tourism, : Respond to Sexual Harassment in Tourism Sector: The Elimination of Violence against Women, Enhancing Economic Resources: Gender Mainstreaming in Promotion. Marketing and Development dan Gender Bias – Be Assertive. Selain lima kelas yang sudah berhasil diselenggarakan, WTID menempatkan satu hari sebagai acara webinar WTIDtalk Special: “It’s Time for Youth 2 Elevate Women in Tourism” sekaligus acara untuk seremonial wisuda (graduation) untuk para WTIDscholars yang berhasil menyelesaikan program selama satu bulan penuh.

Foto bersama narasumber, WTIDscholars, audiens, dan tim WTID
Dokumen Pribadi
Acara webinar ini diikuti oleh para WTIDscholars dan audiens secara umum. Terdapat 4 Guest Speakers pada acara ini, yaitu Sam Upritchard (Deputy Consul General Australian Consulate-General in Makassar), Shana Fatina (Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores), Dr Harriot Beazley (Associate Professor University of the Sunshine Coast, Australia), dan Toni Almuna (Country Programme Manager UN Women). Pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021, acara WTIDtalk Special ini dibuka oleh Anindwitya R. Monica – Chairwoman Women in Tourism Indonesia sekaligus Kepala Sekolah dari WTIDcamp Batch of 2021. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa menyusun kurikulum WTIDCamp memerlukan riset materi yang panjang supaya sesuai untuk diberikan kepada WTID Scholars. Adanya program WTIDcamp ini juga dilandasi karena minimnya gender mainstreaming di kurikulum pendidikan pariwisata Indonesia. Maka, sebagai pionir gerakan perempuan di pariwisata, WTID berharap dapat merangkul organisasi dan stakeholders lain yang memiliki visi sama untuk menangani isu-isu kesetaraan gender supaya dapat merancang kebijakan yang ramah gender di Industri pariwisata kedepannya. Monica juga berharap teman-teman WTID scholars dapat menjadi garda terdepan untuk menggaungkan kesetaraan gender di industri pariwisata. Selanjutnya, pembukaan juga disampaikan oleh Maulita Sari Hani selaku Advisor Women in Tourism Indonesia. Ia berharap WTID dapat menyediakan inisiatif yang suportif dan positif untuk anak muda yang dapat mendukung pariwisata berkelanjutan. Program ini ada untuk mendukung pemuda-pemudi Indonesia berkembang secara efektif dan aktif untuk mendengar, berdiskusi, dan merespon isu-isu terkini mengenai gender dalam pariwisata secara kritis. Sebuah kehormatan pula, acara ini juga turut dibuka oleh Ika Kusuma Permanasari - Direktur Manajemen Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam sambutannya, ia berharap pulihnya sektor pariwisata akibat COVID-19 ini dapat mengedepankan pariwisata yang berkelanjutan pada lingkungan, kesejahteraan, kebahagiaan masyarakat serta kesetaraan gender, dan pemerataan ekonomi lokal. Tak lupa, Sam Upritchard selaku Deputy Consul-General Australian Consulate- General in Makassar turut menyampaikan pada opening speechnya bahwa program WTIDCamp ini merupakan program yang sangat berharga untuk memberdayakan potensi perempuan dalam sektor pariwisata.

Pembukaan oleh Sam Upritchard
Dokumen Pribadi
Setelah opening speech dari 4 perwakilan di atas, acara WTIDtalk Special dilanjut dengan pemaparan materi dari 3 guest speakers. Terlihat seperti wejangan kuliah, namun tetap disampaikan penuh dengan motivasi -- ini dia sebuah privilege menjadi WTIDscholars. Sebuah kehormatan, WTID dapat mengundang Dr Harriot Beazley, yang merupakan Associate Professor University of the Sunshine Coast, Australia. Di awal materi, Dr Harriot membawa topik mengenai pentingnya peran perempuan dalam sektor pariwisata. Menurutnya, saat perempuan berkecimpung dalam dunia pariwisata, perempuan memiliki peluang untuk mengubah stereotip gender. Tentu saja dalam keterlibatannya, perempuan tidak hanya bekerja di posisi bawah tetapi juga bekerja di bagian manajemen. Dr Harriot juga memberikan beberapa tips untuk WTID Scholars yang telah lulus, ia berharap mereka dapat tetap menjaga hubungan serta membantu sesama perempuan -- bukan untuk saling berkompetisi. Beralih ke pembicara kedua, yakni Shana Fatina – Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, juga memberikan insight yang tak kalah menarik! Ia membuka pemaparan dengan mengatakan bahwa upaya pengembangan pariwisata di Labuan Bajo, Flores memperhatikan alignment SDGs. Dalam penyampaiannya, Shana Fatina melihat bahwa kebutuhan lapangan pekerjaan sangat tinggi, termasuk Labuan Bajo Flores. Maka dari itu, ia melakukan pendekatan dalam meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam pariwisata di Labuan Bajo Flores dengan cara memberikan kesempatan pelatihan bagi perempuan, mendukung pengusaha perempuan untuk mendapatkan akses ke urusan keuangan dan informasi peningkatan usaha, meningkatkan keterwakilan perempuan dalam badan otoritas pariwisata serta dalam organisasi atau asosiasi pariwisata, dan memperkuat kapasitas untuk menyediakan data pariwisata berdasarkan gender dan menggunakannya untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya, Toni Almuna sebagai Country Programme Manager menyampaikan beberapa program-program UN Women Indonesia yakni seperti Women, Peace, and Security, Ending Violence Against Women, dan Women’s Economic Empowerment. Toni menambahkan bahwa kesetaraan gender juga dapat dimaksimalkan dalam sektor bisnis karena laju perkembangan bisnis dapat berkontribusi dalam mendorong kesetaraan gender. Meskipun demikian, ada beberapa hambatan seperti gender pay gap sebesar 15% dan kekerasan seksual yang sering menimpa perempuan di sektor usaha.

Pemaparan oleh Dr Harriot Beazley
Dokumen Pribadi
Setelah pemaparan dari ketiga narasumber, acara dilanjutkan dengan speech dari Best Scholar of WTIDCamp Batch 2021, yakni Meira Fenderisa, seorang mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Fajar Makassar yang juga memiliki latar belakang SMK di bidang pariwisata. Selanjutnya, di penghujung acara, Women in Tourism Indonesia mempersembahkan after movie WTIDCamp Batch 2021 sebagai bentuk apresiasi kepada WTIDScholars yang sudah menyelesaikan seluruh rangkaian acara. Selain penghargaan kepada Best Scholar, terdapat atribut The Most Active yang diraih oleh Audrey Samantha. Sementara itu, The Favorite Scholars diraih oleh M. Rendra Hidayat dan Kharisma D. Herlambang. Last but not least! The best group dalam melaksanakan misi-misi WTIDcamp dari awal hingga akhir but they’re still solid berhasil dipegang oleh Kelompok 5.
Speech dari Best Scholar WTIDcamp Batch of 2021, Meira Fenderissa
Dokumen Pribadi
Kami dari Tim Women in Tourism Indonesia mengucapkan selamat kepada teman-teman WTIDscholars 2021! Sampai jumpa pada program WTIDcamp tahun 2022 :)