21 Mei 2025

Indonesia dikenal memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Di sepanjang pantai terdapat ekosistem penting yang sering kali diabaikan oleh masyarakat yaitu hutan mangrove. Hutan mangrove berperan penting dalam mencegah erosi, menyerap karbon, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies laut.
Namun di tengah meningkatnya upaya pelestarian hutan magrove, ada perkembangan menarik yang patut mendapat perhatian lebih besar, yaitu peran perempuan dalam konservasi di daerah pesisir. Banyak perempuan di masyarakat pesisir tidak hanya menjadi pembela hak asasi manusia, tetapi juga pendukung utama konservasi hutan mangrove. Mereka tidak hanya menanam bibit mangrove atau membersihkan pantai, melainkan juga merancang program, memberi saran kepada masyarakat, dan menghubungkan konservasi dengan pariwisata dan ekonomi lokal.
Di banyak budaya pesisir, perempuan telah menjalankan berbagai peranan penting dalam menjaga keseimbangan alam, baik sebagai pengelola sumber daya rumah tangga maupun sebagai penjaga kearifan lokal. Sebab terutama di kawasan hutan mangrove, perempuan sering kali menjadi pihak pertama yang merasakan dampak kerusakan lingkungan, meliputi proses penangkapan species ikan yang menjadi lebih sulit, kualitas rasa pada air yang menjadi lebih asin, dan hasil sumber daya laut yang kian menipis. Hal ini pun mendorong kaum perempuan untuk berperan aktif dalam pelestarian alam. Banyak di antara mereka yang memutuskan untuk tidak tinggal diam dan diawali dengan inisiatif kecil di tingkat keluarga maupun komunitas sebagai contohnya, mereka mulai merintis gerakan-gerakan pelestarian yang selanjutnya melahirkan kolektivitas konservasi, dan kini menjadi bagian tak terpisahkan dari program wisata yang utamanya berbasis pada prinsip perlindungan terhadap lingkungan.
Partisipasi perempuan dalam konservasi bukan hanya cerita saja, akan tetapi telah diwujudkan secara nyata dibanyak tempat. Berikut ini beberapa studi kasus yang memperlihatkan bagaimana mereka berkontribusi secara langsung.
Desa Pasar Banggi, Rembang Jawa Tengah
Desa ini dikenal sebagai salah satu wilayah pesisir yang gencar melakukan upaya pemulihan mangrove. Kelompok perempuan setempat turut berpartisipasi dalam kegiatan pembibitan pohon, penanaman, dan kegiatan edukasi lingkungan. Menurut penelitian dan studi dari UGM, perempuan-perempuan ini merupakan penggerak utama pemulihan mangrove di desa tersebut, meskipun pada faktanya mereka masih menghadapi kendala dalam proses pengambilan keputusan di tingkat desa. Kontribusi nyata mereka tidak hanya terletak pada penanaman pohon mangrove saja, tetapi juga dalam hal pelaksanaan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarat sekitar.
Kelompok Wanita Cinta Bahari, Margasari Lampung
Pada desa ini, pelestarian mangrove dihubungkan langsung dengan pemberdayaan ekonomi. Para perempuan telah membentuk kelompok usaha bersama yang mengolah hasil non-kayu dari hutan magrove, seperti sirup, sabun mangrove, dan makanan ringan khas pesisir. Konservasi lingkungan bukan hanya kegiatan yang bertujuan untuk melindungi lingkungan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan. Melalui wisata edukasi dan promosi produk lokal, desa ini dikenal sebagai destinasi ekowisata yang berpusat pada perempuan. Para perempuan menunjukkan bahwa pelestarian dapat berjalan beriringan dengan kesejahteraan.
Aceh Jaya
Di Aceh Jaya, program pendidikan konservasi mangrove yang difokuskan pada perempuan telah membuahkan hasil, salah satu indikatornya yakni berupa standar pemahaman mengenai peran mangrove yang meningkat secara signifikan pada mayoritas peserta pasca pelatihan. Secara garis besar, kelompok peserta tidak hanya menerima pelatihan secara teoritikal, tetapi juga dilengkapi dengan praktik pembentukan kelompok secara mandiri untuk mengelola kegiatan konservasi secara berkelanjutan.
Keterlibatan perempuan sangat penting dalam upaya konservasi mangrove, terutama di kawasan wisata. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, contohnya seperti akses terhadap sumber daya, ruang pengambilan keputusan, dan stereotip gender yang masih menjadi kendala yang harus diatasi. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga pendidikan untuk memperkuat peran perempuan dalam konservasi sangat penting di Indonesia ini.
Ekowisata mulai dipandang tidak hanya sebagai pendekatan yang ramah lingkungan, tetapi juga sebagai pendekatan yang inklusif secara sosial. Desa-desa yang menjadi tuan rumah kawasan mangrove mulai mengembangkan wisata edukasi, seperti penanaman mangrove oleh wisatawan, produksi produk lokal, dan wisata budaya. Dalam konteks ini, perempuan memegang peran kunci, mereka menjadi pemandu wisata, sumber informasi, pengelola toko-toko lokal, dan bahkan perajin produk dari mangrove. Peran-peran ini tidak hanya menambah pendapatan mereka, tetapi juga memperkuat posisi sosial mereka.
Kisah-kisah perempuan yang terlibat dalam konservasi mangrove di beberapa desa menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan tidak dapat dipisahkan dari isu keadilan sosial. Pemberdayaan perempuan tidak hanya tentang kesetaraan gender, tetapi juga tentang efektivitas dari konservasi itu sendiri. Desa wisata berbasis mangrove dapat menjadi contoh bagaimana konservasi, pariwisata, dan pemberdayaan dapat berjalan beriringan, asalkan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif dan mempunyai kesempatan yang sama. Ke depannya, kebijakan lingkungan dan pariwisata harus terus mendukung pengembangan kapasitas dan peran perempuan, tidak hanya sebagai pelaksana tetapi juga sebagai pengambil keputusan.
Artikel ini diterbitkan di laman womentourism.id| 21 Mei 2025
Bagus Dwi Wahyu Romadhan
A sociology graduate from UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta who has a great interest in Indonesian tourism. Through his writings, he actively follows current trends and issues in the tourism sector, and sometimes brings a sociological perspective to his work.
Referensi
Cahyani Pratisti, Hery Saksono, and Suadi, “Partisipasi Perempuan Dalam Konservasi Mangrove Di Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang,” Journal of Fisheries Sciences 14, no. 1 (2012): 32–45.
Fadli Afriandi and Eka Lisdayanti, “Edukasi Mangrove?: Upaya Peningkatan Literasi Bagi Kelompok Perempuan Kawasan Konservasi Mangrove Aceh Jaya” 8, no. September (2024): 2424–34.
Desy Desmania, Sugeng Prayitno Harianto, and Susni Herwanti, “Partisipasi Kelompok Wanita Cinta Bahari Dalam Upaya Konservasi Hutan Mangrove,” Jurnal Sylva Lestari 6, no. 3 (2018): 28
Sumber foto: Tripadvisor.com