31 Januari 2022

Kesetaraan hak yang dimiliki perempuan kerap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum. Relasi kuasa yang dimiliki laki - laki terhadap perempuan dalam berbagai aspek memang nyata adanya. Hal ini yang menyebabkan perempuan sering merasa terintimidasi dan merasakan diskriminasi dalam lingkungan terdekatnya. Dalam hal ini gender mainstreaming (pengarusutamaan gender) dalam bentuk kebijakan publik dibutuhkan untuk mengurangi ketidakadilan serta mewujudkan kesetaraan gender dalam berbagai level dan bidang.
Dalam hal ini, Women in Tourism Indonesia berkesempatan mewawancarai Bara Zulfa, yakni pendiri dari organisasi yang bergerak pada bidang pelatihan komunikasi untuk masyarakat dengan nama “Wani Wicara” serta berbasis di Kota Yogyakarta. Baru-baru ini, Bara juga dinobatkan sebagai 3rd Runner Up L-Men of The Year 2021. Tak terlepas dari itu, Bara secara pribadi mendukung perempuan untuk memiliki hak-hak setara dengan laki-laki dalam berbagai bidang yang sedang ditekuni. Ia beranggapan bahwa manusia memiliki hak yang sama untuk sama - sama berkarya dan menunjukkan eksistensinya di berbagai kesempatan, tak terkecuali bagi mereka perempuan. Baginya, ada sebuah pengalaman menarik yang mendobrak cakrawalanya dalam memandang perempuan. Dalam beberapa waktu silam, Bara sempat secara langsung terjun untuk bekerja di lapangan dan ia menemui banyak pengusaha kecil oleh-oleh di Jalan Malioboro yang dimiliki oleh perempuan -- karena interaksi intensif dengan mereka, hal itu membuatnya berpikir bahwa perempuan juga memiliki etos kerja yang sejajar dengan laki-laki yang selama ini sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat, "aku melihat perempuan di sana benar-benar bekerja sangat keras dan jujur aku melihatnya juga apresiasi luar biasa karena yang mereka [perempuan pemilik usaha di Jalan Malioboro] kerjakan cukup berat, aku merasakannya, dan tidak menyangka pula mereka harus bisa menjadi tulang punggung, mengurus anak, dan lain-lain dalam satu waktu'' ungkapnya. Menurutnya, pariwisata juga menjadi aspek penting yang membuka pandangannya dalam peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di Yogyakarta. Selebihnya, secara profesional, Bara juga mengembangkan pribadinya dalam dunia promosi pariwisata lewat paguyubannya, yaitu Dimas Diajeng Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengalaman yang dialaminya terutama dalam pekerjaan yang sedang dijalankan, perempuan saat ini telah cukup memiliki beberapa hak dan kewajiban yang sama dengan laki - laki. Unit kerjanya saat ini juga telah dikepalai oleh perempuan yang mampu melakukan projek skala besar, berinteraksi dengan baik antara karyawan, bahkan menciptakan lingkungan kerja yang optimal. Hal ini membuktikan bahwa stereotip “ hanya laki - laki yang memiliki kapabilitas menjadi pemimpin” perlahan dapat pudar dan tidak menjadi aturan nonformal yang diimplementasikan dalam banyak instansi.
Dalam organisasi yang ia dirikan saat ini, ia juga menekankan bahwa tidak jarang perempuan menjumpai tantangan terbesarnya, yakni intimidasi oleh pihak laki - laki. Hal ini bukan tanpa alasan, pelatihan pada tingkat pokdarwis atau pada organisasi tingkat desa mempunyai stigma bahwa ranah publik mayoritas hanya dimiliki oleh laki-laki. Namun sebaliknya bagi perempuan yang sangat aware tentang hak yang dapat diperolehnya dengan pengetahuan pendidikan yang dimilikinya, ia dapat menaklukan tantangan dan berperan aktif dalam suatu forum dengan kontribusi ide - ide nyata.
Wani wicara disini juga diharapkan sebagai suatu bentuk permulaan untuk rasa kepercayaan diri, keberanian serta pemahaman bagi seluruh warga terutama perempuan untuk dapat mengambil peran dan bersuara secara lantang. Bara mendukung apabila perempuan selalu bisa untuk berkarya dan mengambil kesempatan yang dapat diperoleh selaras cita cita dengan perempuan Indonesia yang berprestasi dalam berbagai bidang. Peran Bara sebagai laki - laki tentu membuat perbedaan besar dalam kesetaraan gender jika banyak laki - laki memiliki asa yang sama dalam membuat perempuan perempuan Indonesia lebih terdengar.
Ditulis oleh: Maharani Mey
Dipublikasikan di laman womentourism.id | Senin, 31 Januari 2022