21 Mei 2025

Gerakan 4B, yang berangkat dari 4 prinsip utama dengan berlandaskan inisial B (bi) yang berarti “no” dalam bahasa Korea (berupa bihon atau berarti no marriage, bichulsan yang memiliki makna sebagai no childbirth, biyeonae yang berartikan no dating, dan bisekseu sebagai no sex), hingga saat ini kerap dikaitkan dengan faktor di balik penurunan populasi muda Korea Selatan. Tercetusnya salah satu gerakan fenomenal di masa abad ke-21 ini tentunya tidak terbentuk oleh satu pemantik maupun peristiwa yang terjadi hanya dalam satu malam.
Sebab faktanya, Korea Selatan merupakan salah satu negara anggota OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) yang cukup konsisten dalam menorehkan peringkat terbawah di antara 38 negara anggota lainnya pada aspek disekuivalensi pendapatan pekerja berdasarkan pengelompokkan gender. Bahkan dalam laporan terbarunya di tahun 2022, World Economic Forum menyatakan bahwa Korea Selatan berada di urutan ke-99 dunia pada indeks Global Gender Gap.
Nilai-nilai Konfusianisme Korea yang di dalamnya turut mengatur tentang relasi antar manusia berbasis peran gender, usia, maupun status sosial yang diturunkan, disinyalir sebagai salah satu akar pemikiran yang membentuk wajah patriarki di kalangan masyarakat negeri ginseng tersebut. Sebagaimana halnya mayoritas perempuan Korea Selatan telah dituntut sedari dini untuk dapat menjalankan peran gender dengan sebaik-baiknya hingga sekalipun partisipasi mereka dalam ranah profesional menunjukkan angka signifikansi, tidak sedikit perempuan Korea Selatan yang masih menerima perlakuan diskriminatif dari segi nominal pendapatan, maupun tekanan sosial dari keluarga, pasangan, sampai dengan lingkungan sekitar, mengenai peran gender yang dialamatkan kepada mereka seperti keharusan untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangga yang salah satunya melalui penerapan sikap tunduk dan patuh, mengasuh dan membesarkan anak, serta merawat orang tua sembari memberikan pelayanan optimal kepada suami di tengah arus tekanan kerja yang juga masih dilingkupi oleh fenomena perundungan maupun senioritas.
Sebagai contoh, berdasarkan hasil survei yang dipublikasi pada tanggal 31 Juli 2012 dengan melibatkan sebanyak 3035 pekerja di Korea Selatan, 30.4% di antaranya mengaku pernah menerima tindak perundungan. Dalam kadar segmentasi lebih jauh, pekerja dari kelompok perempuan yang memperoleh pengalaman perundungan di ranah profesional memiliki tingkat persentase lebih tinggi, yakni 34.1%, sementara untuk kelompok pekerja laki-laki yaitu 27.6%.
Studi lainnya juga menunjukkan bahwa sebanyak 6 dari 10 perempuan yang bekerja pada sektor penegakan hukum sebagaimana halnya kantor kejaksaan Korea Selatan, teridentifikasi pernah mengalami kekerasan seksual di lingkungan kerjanya. Hal ini kian diperburuk dengan fakta bahwa lebih dari 50% jaksa perempuan masih menghadapi ragam hambatan yang cukup serius terkait dengan promosi jabatan, yang sekali lagi fenomena tersebut memiliki cakupan korelasi dengan status gender yang dimiliki.
Di samping tekanan dalam lingkup dunia kerja dan kehidupan rumah tangga, ditemukan laporan fakta lainnya pada tahun 2017 yang memperlihatkan bagaimana rentannya kondisi perempuan Korea Selatan dalam berelasi, yang mana sebanyak 36.6% partisipan menyatakan pernah menerima tindak kekerasan secara psikis dari pasangan kencannya, lalu 22.4% partisipan mengaku pernah menjadi korban kekerasan secara fisik, dan sebanyak 17.5% pernah menerima tindak kekerasan secara seksual. Hadirnya gerakan 4B merupakan salah satu dari sekian banyak simbol perlawanan yang tengah diperjuangkan oleh masyarakat perempuan Korea Selatan yang tentunya memperoleh banyak dukungan dari gerakan feminis lainnya di berbagai belahan dunia, atas stigmatisasi serta pola peradaban tradisional yang menekan sekaligus membatasi ruang gerak perempuan, serta sebatas menilai perempuan sebagai mesin reproduksi sekaligus pelayan utama dalam tatanan keluarga.
Artikel ini diterbitkan di laman womentourism.id| 21 Mei 2025
Writer:
Tarisyah Widi Shabira
Awardee of Turkiye Burslari Scholarship for Master Program
Referensi:
-
Sookyung Park. Workplace Bullying and Harassment in South Korea. https://www.jil.go.jp/english/reports/documents/jilpt-reports/no.12_korea.pdf
-
Ginevra Passiglia. 2022. Ambivalent Sexism and Sexual Harassment in South Korean Dramas: A Content Analysis of Two Romantic K-dramas. https://repositorio.iscte-iul.pt/bitstream/10071/27367/1/master_ginevra_passiglia.pdf
-
Brianna Zimmerman. South Korea’s 4B Movement Lowers the Birth Rate in a Fight for Gender Equality. South Korea’s 4B Movement Lowers the Birth Rate in a Fight for Gender Equality — THE INTERNATIONAL AFFAIRS REVIEW
-
Ming Gao. 2024. ‘A Woman is not a Baby-Making Machine’: A Brief History of South Korea’s 4B Movement - and Why It’s Making Waves in Amerika. ‘A woman is not a baby-making machine’: a brief history of South Korea’s 4B movement – and why it’s making waves in America
Sumber foto: CNN