HIGHLIGHT WTIDtalk #3: Penerapan Kesetaraan Gender dalam Kurikulum Pendidikan Pariwisata Indonesia

13 Desember 2020

 

Melanjutkan seri sebelumnya, Women in Tourism Indonesia (WTID) kembali mengadakan talkshow menarik dengan judul WTIDtalk #3: Penerapan Kesetaraan Gender dalam Kurikulum Pendidikan Pariwisata. Talkshow dilakukan pada Hari Sabtu, 28 November 2020 pukul 08.45-11.30 melalui zoom dan youtube live. Berkerjasama dengan Wirta Indonesia, Women in Tourism Indonesia mengangkat tema yang sedikit berbeda dari dua seri sebelumnya. Isu kesetaraan gender di pariwisata mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, tidak hanya pada industri-industri penyedia jasa, tetapi juga masuk hingga ranah pendidikan. 

Menghadirkan 3 pembicara akademisi pariwisata dari lingkup universitas, vocational school, hingga praktisi gender secara mainstream, Women in Tourism Indonesia bersama dengan Wirta Indonesia berhasil menyajikan talkshow yang interaktif dan menarik dengan total audience sekitar 250 orang. 

Diskusi dibuka dengan pemaparan materi dari Wiwik Sushartami, dosen S1 Pariwisata FIB UGM yang sangat tertarik dan fokus dengan isu-isu mengenai perempuan dan lingkup sosial. Pemahaman akan terminologi kata “gender” seringkali masih belum tepat. Gender berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan sebuah gagasan, praktik kultural dan sosial yang ada di masyarakat berkaitan dengan pembedaan sex secara biologis. 

Wiwik juga menjelaskan bahwa sangat penting untuk memasukan perspektif gender ke dalam setiap kurikulum pembelajaran pariwisata sebagai modal untuk mempersiapkan SDM yang “melek” gender. Selain itu, pariwisata sebagai sektor unggulan dalam perkembangannya berkaitan erat dengan perempuan sebagai bagian dari SDM pariwisata. 

Serupa dengan yang disampaikan Wiwik, Redempta Tete Bato yang merupakan Ketua Yayasan Sumba Hospitality Foundation menambahkan perspektif menarik mengenai penerapan kurikulum pariwisata berbasis kesetaraan gender. Pendidikan kesetaraan gender dalam ranah vokasional sangat penting untuk diperhatikan. Pengetahuan tentang gender akan berpengaruh terhadap implementasi di dunia kerja sektor pariwisata. 

Pendidikan dan pelatihan vokasi yang ada di Sumba Hospitality Foundation membuka peluang lebih baik untuk perempuan sumba berpartisipasi di sektor pariwisata dengan mengesampingkan peran sosial yang disematkan kepada dirinya. Dalam pembelajarannya, Sumba Hospitality Foundation sudah menerapkan kurikulum yang responsif gender yang didalamnya terdapat pendidikan mengenai sex harassment, self control, self defence, alcohol, dan lain sebagainya. 

Diskusi semakin menarik dengan adanya perspektif lain yang hadir dari pembicara selanjutnya, yaitu Ulfa Kasim, seorang aktivis perempuan, yang saat ini aktif sebagai Koordinator Program di Institut KAPAL Perempuan. Menurut beliau, peran perempuan dalam industri pariwisata berada pada lintas sektor, namun perempuan sulit mengembangkan skill karena perannya diletakkan secara domestik, dan masih menghadapi persoalan stereotip dan subordinasi.

Ketidakadilan yang dialami perempuan, seringkali terjadi karna “keperempuanannya”, sehingga melahirkan ketidakadilan gender. Konsep gender sendiri menurutnya adalah “jenis kelamin sosial”, yaitu pembedaan peran yang dikonstruksi masyarakat, dan dipengaruhi budaya patriarki, adat istiadat, agama, ekonomi, pendidikan, dll. Sehingga, apabila kita sudah mampu untuk tidak melihat suatu persoalan dari kacamata gender tersebut, kita tidak akan melihat perempuan berada di posisi yang salah. 

Karenanya, beliau menambahkan, bahwa untuk mampu menciptakan pendidikan pariwisata yang berbasis gender, harus dimulai dari menganalisa basic problem-nya, kemudian dilanjutkan dengan thematic issues, lalu diterapkan di sektor pariwisata dengan life skill training. 

Melalui tema yang diangkat pada talkshow kali ini terkait Penerapan Kesetaraan Gender dalam Kurikulum Pendidikan Pariwisata Indonesia, dapat dipahami bahwa dorongan advokasi perlu dilakukan. Penting bagi masyarakat untuk memulai pemahaman mengenai gender yang disesuaikan dengan konteks budaya di setiap daerah yang kemudian dapat bermanfaat untuk pengembangan kurikulum pendidikan pariwisata yang ada di Indonesia, baik akademis, vokasional, dan sektor industri pariwisata secara langsung.

 

(Lulu)

 


Dipublikasikan di laman womentourism.id | 12 Desember 2020