Vietnam dan Pencapaian Pariwisatanya: Sudah Seberapa Prestatifkah?

23 Januari 2025

Prestasi yang ditorehkan secara konsisten oleh Vietnam dalam sektor pariwisata, terbilang cukup menggegerkan dunia internasional khususnya pada tahun 2019, yang mana pada periode tersebut di saat pertumbuhan pariwisata global cenderung melambat bahkan nyaris stagnan, salah satu negara yang menjadi tetangga dekat Indonesia ini justru memperoleh 18 juta pengunjung internasional yang diikuti oleh pergerakan 85 juta wisatawan domestik di berbagai kawasan regional Vietnam, dengan total kontribusi langsung terhadap GDP sebesar 9.2%. Di tahun yang sama, Vietnam juga menerima sejumlah penghargaan dunia terkait bidang sektor pariwisata, di antaranya: a) World’s Leading Heritage Destination; b) World’s Best Golf Destination; c) Asia’s Leading Destination; d) Asia’s Leading Cultural Destination; dan e) Asia’s Leading Culinary Destination

Vietnam bahkan turut memperoleh pengakuan sebagai salah satu negara yang berhasil melaksanakan improvisasi secara signifikan menurut laporan World Economic Forum (WEF) selama lebih kurang 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan melonjaknya peringkat Vietnam dalam kategori tourism’s competitiveness index, yang semula berada di urutan 75 dari 140 negara pada tahun 2015, kemudian menjadi peringkat ke-63 dari 141 negara pada tahun 2019.
 
Keterjangkauan harga dan kekayaan alam maupun potensi perkembangan terhadap sektor business travel, merupakan poin-poin unggul yang menjadikan Vietnam dinilai sangat layak untuk dipertimbangkan sebagai destinasi unggulan lainnya di Asia. Tidak hanya itu, pemerintah Vietnam pun terbilang sangat tanggap dalam merespons perkembangan pandemi Covid-19 dengan lebih memperkuat sinergitas dalam negeri pada upaya penerapan national action plan yang berjudul the Political Bureau’s resolution No. 08- NQ/TW on developing tourism, demi merealisasikan visi-misi negara Vietnam dalam menggapai puncak kesuksesan di bidang ekonomi pariwisata pada tahun 2030 nanti.
 
Sebagai sebuah negara pariwisata, Vietnam memanglah silau akan apresiasi dan penghargaan kelas dunia, namun dalam hal pencegahan dan perlindungan kekerasan terhadap warga negaranya, terkhusus perempuan, Vietnam masih sangat jauh dari nuansa terang, bahkan cenderung suram. Pertama kalinya dalam sejarah Vietnam, diselenggarakan survey pada tahun 2009 dengan mengkombinasikan dua metode penelitian yakni kuantitatif (berupa pembagian kuesioner kepada populasi yang masuk dalam target sampel) dan kualitatif (berupa pelaksanaan wawancara dan focus group discussion) dengan memperoleh dukungan langsung dari banyak lembaga, termasuk World Health Organization (WHO) dan United Nations Population Fund (UNFPA), serta melibatkan sebanyak lebih dari 4.500 perempuan yang sudah pernah menikah, dengan rentang usia 18-60 tahun. 
 

Temuan pun dirilis pada bulan November 2010 dalam bentuk final report yang berjudul National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam (NSDV) pada sebuah kegiatan seminar dan workshops yang diinisiasi oleh  UNFPA, GSO, Ministry of Culture, Sport and Tourism (MoSTC), Ministry of Labor, Invalids and Social Affairs (MoLISA), dan hasil menunjukkan bahwa sebanyak 58% perempuan Vietnam yang tergabung sebagai partisipan dalam penelitian ini, menyatakan pernah mengalami kekerasan secara fisik, seksual, dan emosional, oleh suaminya sendiri. Bahkan 87% di antaranya mengaku belum pernah memperoleh bantuan sedikitpun terutama dari kelompok profesional. 

Selain itu, hasil survey juga menunjukkan bahwa perempuan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, cenderung memperoleh tindak kekerasan secara lebih intens dari suaminya, dibandingkan sejumlah perempuan lainnya dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sekalipun hasil survey lainnya menyatakan bahwa di tahun 2019, tingkat kekerasan yang diterima oleh perempuan, sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan persentase dalam laporan tahun 2010, hal tersebut belum mampu meminimalisir fakta mengenai keberadaan 32% perempuan yang mengaku telah menerima tindak kekerasan dari suaminya, baik secara fisik, seksual, dan emosional, khususnya dalam kurun 12 bulan terakhir. 

 

Writer:Tarisyah Widi Shabira

Awardee of the Turkiye Burslari Scholarship for Master Program in Political Science

 

Artikel ini dipublikasikan pada laman womentourism.id | 23 Januari 2025

 
Referensi:
  1. Vietnam National Administration of Tourism. 2020. Vietnam Tourism Annual Report. E-Bao cao thuong nien 2019

  2. United Nations Office on Drugs and Crime & UN Women. 2024. Femicides in 2023 (Global estimates of intimate partner/family member femicides). Femicide_Brief_2024.pdf

  3. Australian Aid, UNFPA, UN Women, & UNICEF. 2020. Ending Violence Against Women and Children in Viet Nam. Ending Violence against Women and Children in Viet Nam.pdf

  4. UNFPA Viet Nam. 2019. Violence Against Women in Viet Nam. 4._eng-policy.pdf

  5. Henrica A.F.M. Jansen, dkk. 2010. 'Keeping silent is dying' Results from the National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam 2010. (PDF) 'Keeping silent is dying' Results from the National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam 2010

  6. Vu Manh Loi, dkk. Gender-Based Violence: The Case of Vietnam. Gender-based Violence-the Case of Vietnem

  7. Data2X. 2019. Data Breaks the Silence on Violence Against Women: A Case Study of Vietnam. data2x.org/wp-content/uploads/2020/02/Impact-Case-Studies-Vietnam-4P.pdf