Perempuan dan Industri Sex dalam Lingkar Perekonomian Thailand

23 Januari 2025

Sudah sejak lama negara Thailand dikenal sebagai salah satu destinasi unggul dunia dalam lingkup kawasan Asia, bahkan otoritas pariwisata setempat menyatakan bahwa di tahun 2019, negara gajah putih tersebut berhasil menarik minat sebanyak 40 juta wisatawan mancanegara untuk mengunjungi berbagai spot pariwisata seperti Pulau Phuket, Pattaya, hingga Chiang Mai. Pernyataan ini tentunya sejalan dengan data yang dirilis oleh Bank of Thailand mengenai besaran kontribusi dari sektor pariwisata yang mencapai 20% dari total pendapatan nasional dengan jumlah revenue yang berada di angka 2.9 Triliun Baht per tahun. 

Meski sempat terdampak oleh pandemi Covid-19 di sepanjang periode tahun 2020-2021 yang mengakibatkan penurunan signifikan terhadap jumlah wisatawan seiring dengan diterapkannya kebijakan pembatasan pada mobilisasi penduduk dunia, pemerintah Thailand terbukti mampu mewujudkan komitmen pemulihan atas sektor pariwisata di negara tersebut sekaligus mengembalikan gairah perekonomian warga lokal yang sebagian besar masih memiliki ketergantungan tinggi terhadap wisatawan mancanegara.

Salah satunya melalui implementasi program Sandbox yang di dalamnya mencakup kebijakan karantina selama 7 hari di samping perjalanan wisata pada sejumlah destinasi pilihan yang terafiliasi dengan program ini. Terkait penerapan kebijakan Sandbox, pemerintah Thailand juga memastikan keamanan para pengunjung dan peserta program dengan mengharuskan setiap akomodasi untuk memperoleh sertifikat SHA plus dan setidaknya 70% karyawannya sudah harus menerima vaksinasi penuh.

Berbicara mengenai kontribusi pariwisata pada pertumbuhan ekonomi, berbagai institusi dunia maupun peneliti independen telah menemukan fakta perihal fenomena peningkatan jumlah “wisata seks” dengan melibatkan para pekerja yang berasal dari kalangan perempuan bahkan anak-anak, selama 1 dekade terakhir di kawasan Asia Tenggara, termasuk diantaranya yaitu negara Thailand.

Pada awal tahun 1990, diperkirakan terdapat 150.000 hingga 200.000 perempuan di negara ini yang berada dalam jaringan prostitusi. Boonchalaksi dan Guest (1994:39) dalam hasil penelitiannya turut menyatakan bahwa “tubuh perempuan Thailand menjadi salah satu basis bagi pertumbuhan ekonomi Thailand”. 

Pertumbuhan ekonomi Thailand melalui sektor pariwisata yang secara tidak langsung juga ikut melibatkan peran besar dari aktivitas prostitusi di dalamnya, mayoritas disokong oleh bidang usaha akomodasi atau perhotelan, keanggotaan golf maupun klub malam, serta fasilitas pijat dan spa.

Hal ini lagi-lagi sejalan dengan rilis laporan yang dikeluarkan oleh Bank of Thailand mengenai sejumlah aktivitas yang menjadi preferensi para wisatawan dalam agenda kunjungan ke Thailand pasca pandemi Covid-19, yang mana opsi kegiatan olahraga golf menempati urutan kedua dalam daftar, kemudian disusul oleh opsi kegiatan hiburan malam yang berada di peringkat empat, lalu kegiatan pijat dan spa di urutan ketujuh dari total 13 pilihan yang tercantum pada laporan.

Terbaru di bulan Maret 2023, negara Thailand mulai melaksanakan penyusunan rancangan perundang-undangan terkait legalisasi terhadap pekerja seks dengan ketentuan batas usia minimum yakni 20 tahun. Sangat diharapkan bahwa keputusan tiap individu untuk memasuki dunia industri seks ini memanglah didasarkan pada keinginan maupun kesadaran diri sendiri terhadap segala kemungkinan resiko dan konsekuensi di masa yang akan datang, mengingat bahwa angka kejahatan perdagangan manusia yang masih menjadi permasalahan global hingga saat ini, mayoritas didominasi oleh jenis kasus eksploitasi seksual hingga sebanyak 79%.

Meski belum dapat dipastikan mengenai periode tanggal dan tahun pengesahan dari rancangan undang-undang tersebut, melalui regulasi ini pemerintah Thailand mencoba untuk lebih berkomitmen dalam menekan angka kasus kejahatan seksual khususnya terhadap pekerja seks yang selama berpuluh-puluh tahun nyaris tidak pernah memperoleh perlindungan hukum atas segala tindak kesewenangan secara fisik, verbal, seksual, maupun finansial yang diterimanya dari para klien maupun germo yang mempekerjakannya.
 

Sebagai informasi, Thailand pernah menjadi salah satu negara yang menentang aktivitas prostitusi sejak era 1960-an, sekalipun saat itu industri seks sudah memiliki andil dalam menunjang perekonomian nasional khususnya melalui sektor pariwisata. Bahkan setiap bentuk keterlibatan dalam industri tersebut dapat sewaktu-waktu mengakibatkan seseorang memperoleh hukuman penjara hingga 20 tahun dan tentunya tidak ada jaminan ketenagakerjaan maupun perlindungan hukum bagi risiko kejahatan yang diterima oleh para pekerja seks selama menjalankan kegiatannya. 

 

Writer: Tarisyah Widi Shabira

Awardee of the Turkiye Burslari Scholarship for Master Program in Political Science


Artikel ini dipublikasikan pada laman womentourism.id | 23 Januari 2025


Referensi:

  1. Sandra Neuman. 2012. Female Prostitution in Thailand - looked upon a victim-agent framework. Female Prostitution in Thailand – described through a victim-agent framework (diva-portal.org)

  2. Jason Hung. 2023. Why Legalizing Prostitution in Thailand can Help Bangkok Regulate Commercial Sex and Curb Sex-Trafficking Systematically and Institutionally. (PDF) Why legalizing prostitution in Thailand can help Bangkok regulate commercial sex and curb sex-trafficking systematically and institutionally (researchgate.net)

  3. Beatrice Siviero. 2023. Thailand's New Draft Law could Mean Better Safety for Sex Workers. Thailand's new draft law could mean better safety for sex workers (southeastasiaglobe.com)

  4. Human Rights in ASEAN. 2014. Empower Foundation. Empower Foundation - Human Rights in ASEAN (forum-asia.org)

  5. Abdullahi Garba Kangiwa. 2015. The Socio Economic Factors and Effects of Prostitution in Nigeria.THE-SOCIO–ECONOMIC-FACTORS-AND-EFFECTS-OF-PROSTITUTION-IN-NIGERIA.pdf (idpublications.org)

  6. Human Trafficking in Thailand (Submission for the UN Universal Periodic Review 39th Session of the UPR Working Group). 2021. Sheffield Hallam University - Helena Kennedy Centre for International Justice

  7. Bank of Thailand. 2021. Revitalizing Thailand’s Tourism Sector. White paper-BOT&Visa-2021

  8. Emmy Sasipornkarn. 2021. Thailand Masih  Berharap pada Kedatangan Turis Mancanegara. Thailand Masih Berharap Pada Kedatangan Turis Mancanegara – DW – 19.09.2021

  9. Amazing Thailand. 2021. ‘Phuket Sandbox’ Diluncurkan, 14.000 Lebih Turis Datang. 'Phuket Sandbox' Diluncurkan, 14.000 Lebih Turis Datang - wisatathailand.id